MEKANISME TERJADINYA REAKSI ELIMINASI PADA ALKIL HALIDA DAN ALKOHOL

, , 4 comments


I. REAKSI ELIMINASI

Reaksi eliminasi adalah salah satu jenis reaksi organik di mana dua substituen dipisahkan dari suatu molekul baik dalam mekanisme satu atau dua-tahap. Mekanisme satu-tahap dikenal sebagai reaksi E2, dan mekanisme dua-tahap dikenal sebagai reaksi E1. Angka pada nama reaksi tidak berhubungan dengan jumlah tahapan dalam mekanisme tersebut, namun berkaitan dengan kinetika reaksi, bimolekular dan unimolekular berturut-turut. Dalam kasus yang jarang terjadi, untuk molekul yang memiliki gugus pergi yang buruk, jenis reaksi ketiga, E1CB, terjadi.
Eliminasi artinya pelepasan atau penghilangan. Reaksi eliminasi dapat dianggap kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi ini, dua atom atau gugus yang masing-masing terikat pada dua buah atom C yang letaknya berdampingan dilepaskan oleh suatu pereaksi sehingga menghasilkan ikatan rangkap. Reaksi ini hanya dapat berlangsung bila ada zat yang menarik molekul yang akan dieliminasi. Reaksi eliminasi digunakan untuk membuat senyawa-senyawa alkena dan alkuna.




II. MEKANISME REAKSI ELIMINASI PADA ALKIL HALIDA

a. Mekanisme E1

Mekanisme dua-tahap dikenal sebagai reaksi E1. Reaksi E1 adalah reaksi eliminasi dimana suatu karbokation (suatu zat antara yang tak stabil dan berenergi tinggi, yang dengan segera bereaksi lebih lanjut) dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa dan menghasilkan sebuah alkena. Pada reaksi SN1, salah satu cara karbokation mencapai produk yang stabil ialah dengan bereaksi dengan sebuah nukleofil.Karbokation adalah suatu zat antara yang tak stabil dan berenergi tinggi. Karbokation memberikan kepada basa sebuah proton dalam reaksi eliminasi, dalam hal ini reaksi E1 menjadi sebuah alkena.

Tahap 1 : Reaksi E1 berjalan lambat

Tahap 2 : Reaksi E1 berjalam cepat

 



b. Mekanisme Reaksi E2

E2 merupakan reaksi eliminasi bimolekuler. Reaksi E2 hanya terjadi dari satu langkah atau hanya terjadi proses satu tahap dimana ikatan karbon-hidrogen dan karbon-halogen terputus membentuk ikatan rangkap C=C. Reaksi E2 dilangsungkan oleh alkil halida primer dan sekunder. Reaksi ini hampir sama dengan reaksi SN2. Reaksi E2 secara khusus menggunakan basa kuat untuk menarik hidrogen asam dengan kuat. Nukleofil bertindak sebagai basa dan mengambil proton (hidrogen) dari atom karbon yang bersebelahan dengan karbon pembawa gugus pergi. Pada waktu yang bersamaan, gugus pergi terlepas dan ikatan rangkap dua terbentuk.




Konfigurasi yang terbaik untuk reaksi E2 adalah konfigurasi dimana hidrogen yang akan tereliminasi dalam posisi anti dengan gugus pergi. Reaksi E2 menggunakan basa kuat seperti OH, -OR, dan juga membutuhkan kalor, dengn memanaskan alkil halida dalam KOH atau CH3CH2ONa dalam etanol.






Contoh lain :







III. MEKANISME REAKSI ELIMINASI PADA ALKOHOL

     Alkohol yang mengalami reaksi eliminasi akan menghasilkan alkena.

Dengan tahap a) protonasi b) pelepasan gugus OH c) pembentukan alkena.



Contoh : 








IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI E1 DAN E2










V. PERMASALAHAN

1. Diketahui bahwa, konfigurasi dimana hidrogen yang akan tereliminasi dalam posisi anti dan gugus pergi merupakan konfigurasi terbaik untuk reaksi E2. Mengapa? Jelaskan! 
2. Salah satu faktor yang menentukan E1 dan E2 adalah kekuatan basa. Makin kuat basanya, makin mudah terjadi reaksi E2. Mengapa?

3. Mengapa makin stabil ion karbonium, makin mudah terjadi reaksi E1?
 
4. Nukleofil bertindak sebagai basa dan mengambil proton (hidrogen) dari atom karbon yang bersebelahan dengan karbon pembawa gugus pergi.  Apa yang terjadi jika nukleofil tidak bertindak sebagai basa?






4 komentar:

  1. Saya akan mencoba menjawab permasalahan yang ke-2.Salah satu faktor yang menentukan E1 dan E2 adalah kekuatan basa. Makin kuat basanya, makin mudah terjadi reaksi E2. Mengapa? Seperti yang kita tahu kebasaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi suatu reaksi karena Pengaruh kebasaan terhadap suatu Reaksi akan berlangsung lebih cepat atau reaksi semakin besar jika kebasaannya kuat zat yang bereaksi semakin besar. Hal ini disebabkan semakin besar kebasaan pereaksi, maka semakin banyak partikel-partikel zat yang bereaksi. Akibatnya, kemungkinan tumbukan yang berhasil maka semakin banyak zat baru yang terbentuk. Dengan demikian, reaksi semakin cepat berlangsung.

    BalasHapus
  2. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3. Mengapa makin stabil ion karbonium, makin mudah terjadi reaksi E1? Karena pada ion karbonium spesi atom C yang kekurangan 1 elektron pada kulit terluarnya à bermuatan positif.
    Urutan kestabilan radikal:
    Tersier> sekunder > primer > metil
    Jadi hubungan dengan reaksi E1adalah E1 umumnya terjadi pada alkil halida tersier, namun mungkin terjadi pada beberapa alkil halida sekunder.
    Laju reaksi dipengaruhi hanya oleh konsentrasi alkil halida karena pembentukan karbokation adalah tahap paling lambat, alias tahap penentu laju. Karenanya, kinetika orde pertama berlaku (unimolekular).

    BalasHapus
  3. Saya mencoba menanggapi persoalan nomor 4.

    Mengenai mekanisme reaksi, pasti akan dihadapkan dengan adanya elektrofil, nukleofil dan radikal bebas. Masing-masing istilah tersebut harus dipahami.

    Nukleofil adalah spesies yang mengandung atom yang memiliki pasangan elektron secara mandiri. Nukleofil bermuatan negatif (karena suka muatan positif). Menurut konsep asam dan basa Lewis , nukleofil berperilaku sebagai basa Lewis. Jika nukleofil tidak bertindak sebagai basa, barangkali spesies tersebut dinamakan elektrofil yaitu yang berperilaku sebagai asam Lewis.

    BalasHapus
  4. Saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 1 dimana Alasannya ialah bahwa pada posisi orbital ikatan C-H dan C-X tersusun sempurna yang memudahkan pertumpangtindihan orbital dalam pembentukan ikatan π baru.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Hari Guru Nasional

Saya sebagai Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Jambi. Saya telah melaksanak...